Infeksi Menular Seksual dan depresi

Depresi adalah umum pada orang dengan infeksi menular seksual (IMS). Hal ini dilaporkan para peneliti Kanada dalam jurnal Sexually Transmitted Infections edisi Desember 2008. Para peneliti berpendapat bahwa harus dirancang program penanganan depresi pada pasien dengan IMS.

Pengobatan IMS merupakan aspek penting untuk pengendalian dan pencegahan depresi. Diagnosis IMS dapat menjadi peristiwa trauma secara emosional yang dapat mengakibatkan pengembangan depresi. Lebih lanjut, munculnya depresi dapat berarti bahwa pasien dengan gejala IMS tidak mencari pengobatan dan perawatan, atau mengambil langkah untuk mengobati diri untuk kesehatan seksual mereka sendiri atau orang lain.

Menentukan hubungan antara depresi dan IMS dapat memiliki dampak kesehatan masyarakat yang penting, sehingga para peneliti Kanada memeriksa prevalensi IMS dan depresi pada masyarakat umum.

Ini merupakan penelitian besar yang melibatkan 21.500 peserta yang ambil bagian dalam survei Canadian Community Health pada 2003. Seluruh peserta berusia antara 15 dan 49 tahun. Survei itu mencakup pertanyaan tentang demografi, perilaku seksual, riwayat penyakit menular seksual, status perkawinan, dan penggunaan alkohol serta tembakau.

Secara keseluruhan, 5% responden memiliki riwayat IMS dan 8% melaporkan depresi. Dibandingkan dengan perempuan, laki-laki kurang mungkin melaporkan IMS (5% banding 6%) dan depresi (6% banding 10%).

Pada laki-laki, IMS meningkatkan risiko depresi secara keseluruhan sebanyak 50% (rasio odds yang disesuaikan[AOR], 1,5; confidence interval [CI]: 95% 1,1-2,2). Para peneliti menemukan hubungan yang bermakna secara statistik antara depresi dan IMS pada laki-laki berusia di bawah 35 (p < 0,01). Para peneliti juga menemukan bahwa di antara laki-laki, berpenghasilan dan berpendidikan lebih tinggi secara bermakna meningkatkan risiko IMS yang dikaitkan dengan depresi. Mereka berpendapat bahwa hal itu dapat disebabkan oleh stigma yang dikaitkan dengan IMS dan ketakutan bahwa diagnosis mereka dapat mengakibatkan kehilangan posisi atau status.

Di antara perempuan, IMS meningkatkan risiko depresi sebanyak 80% (AOR, 1,8; CI: 95%; 1,4-2,3). Tidak ada ciri-ciri secara individual yang meningkatkan hubungan tersebut.

“Hasil yang kami peroleh dari survei nasional mendukung pendapat bahwa ada hubungan antara IMS dan depresi,” komentar para peneliti.

Mereka menyimpulkan, “klinik [kesehatan seksual] harus menyadari kelompok pasien IMS mana yang cenderung mengalami depresi. Program jangkauan juga harus dirancang secara sesuai untuk menangani masalah depresi pada pasien IMS.”

Comments