Olahraga dan Osteoartritis panggul

Osteoartritis (OA) merupakan penyebab tersering disfungsi lokomotor dan nyeri sendi di AS. OA juga merupakan penyakit rematik yang paling sering terjadi. Penyakit ini mengenai 33% individu yang berusia > 65 tahun. Persendian yang paling sering terkena OA adalah tangan, lutut, dan panggul. Tanda dan gejala OA adalah nyeri sendi, keterbatasan gerak, dan pembengkakan sendi, dimana tanda dan gejala tersebut dapat membatasi aktivitas sehari-hari secara bermakna seperti berjalan. The American College of Rheumatology (ACR) telah mengeluarkan beberapa panduan terapi nonfarmakologi untuk OA panggul dan lutut seperti edukasi pasien, penurunan berat badan jika berat badan berlebih, terapi fisik, ortotik, terapi okupasional, dan program aerobik. Olahraga (OR) teratur sekarang ini direkomendasikan secara rutin kepada pasien OA.

Keadaan pasien dapat dioptimalkan dengan menggabungkan pengetahuan medis mengenai OA dan pengobatannya, rehabilitasi, kinesiologi dan biomekanik, fisiologi OR, dan perilaku OR dalam situasi yang dapat diterima, menyenangkan, dan terjangkau oleh pasien.

Tujuan utama rehabilitasi pasien OA adalah untuk :

  • Mengedukasi pasien mengenai proses penyakit dan pemeliharaan sendi untuk mencegah atau menurunkan nyeri
  • Memperbaiki fleksibilitas
  • Meningkatkan kekuatan otot statis dan dinamis

Untuk memaksimalkan kapasitas fungsional pasien OA, maka direkomendasikan program OR komprehensif yang mengutamakan peregangan, penguatan, conditioning, edukasi, dan yang sesuai dengan keparahan penyakit dan kelainan muskuloskeletal masing-masing pasien. Program OR harus dimulai dengan tahap pemanasan untuk mempersiapkan tubuh terhadap terapi fleksibilitas, penguatan, aerobik, atau terapi kombinasi. Latihan fleksibilitas penting untuk memperbaiki atau mempertahankan jangkauan gerak dan untuk menurunkan nyeri dan kekakuan terkait dengan proses penyakit dan aktivitas sehari-hari. Latihan penguatan memperbaiki kemampuan untuk mengontrol tekanan pada persendian selama pergerakan dinamik, sehingga menurunkan nyeri. Latihan aerobik dapat memperbaiki nyeri dan kemampuan fungsional (misalnya, kecepatan dan keseimbangan saat berjalan) dan kualitas hidup pasien.
Terapi OR harus disesuaikan dengan gejala-gejala pasien. Contohnya, latihan non weight bearing seperti bersepeda atau terapi akuatik dapat menjadi metode awal terapi OR. Program rehabilitasi harus mengarah kepada jenis OR yang paling fungsional, seperti latihan closed kinetic chain strengthening dan proprioseptif untuk mengembalikan input sensorimotorik, kekuatan fungsional, dan keseimbangan.

Pasien OA harus diberikan dukungan dan edukasi untuk meningkatkan kepercayaan bahwa OR merupakan perubahan gaya hidup yang masuk akal dan penting. Keberlangsungan OR harus diutamakan untuk membantu mencegah efek potensial sekunder akibat inaktivitas seperti penambahan berat badan, dimana hal ini dapat menimbulkan peningkatan nyeri, inaktivitas lebih lanjut, atrofi, kelemahan, nyeri, imobilitas lebih lanjut, dan depresi. Pasien OA harus diedukasi mengenai berbagai macam pilihan tempat berolahraga, seperti program OR di rumah atau di lingkungan sekitar, sehingga OR akan menjadi bagian rutinitas harian pasien.

OA panggul terjadi pada 3% pasien lanjut usia dan ditangani dengan berbagai modalitas, seperti : farmakoterapi, OR, edukasi, pengaturan berat badan, perangsangan saraf, dan terapi panas atau dingin. Bentuk OR yang dilakukan adalah penguatan otot dan aerobik.

Berikut ini kami sampaikan studi meta analisis untuk mengetahui peranan OR terhadap kontrol nyeri pada pasien OA panggul. Para peneliti melakukan pencarian literatur mengenai uji klinik secara acak dengan kelompok kontrol pada OA panggul yang berhasil diselesaikan oleh ≥ 60% partisipan dan yang memiliki kelompok yang melakukan OR (penguatan otot dan/atau aerobik) vs kelompok kontrol yang tidak melakukan OR untuk meredakan nyeri.

Effect sizes dihitung untuk treatment vs a control setting, statistik I2 digunakan untuk mengevaluasi heterogenitas diantara uji klinik, dan data uji klinik digabungkan dengan menggunakan random-effects meta-analysis.

Dari 9 uji klinik (melibatkan total 1.234 subyek) yang memenuhi kriteria inklusi, 7 uji klinik menggabungkan hasilnya untuk OA panggul dan lutut, namun peneliti dari 7 uji klinik tersebut menyediakan data mengenai pasien dengan OA panggul.

Dibandingkan dengan control setting, OR memperlihatkan keuntungan, dengan effect size -0,38 (95% CI -0,68 sampai -0,08; p=0,01). Namun, terdapat heterogenitas yang tinggi (I2=75%) diantara uji klinik, yang disebabkan oleh 1 uji klinik yang terdiri dari intervensi OR yang tidak diberikan secara perorangan. Ketika studi ini dikeluarkan dari meta analisis, kedelapan uji klinik sisanya (n=493) memiliki strategi OR yang serupa yang terdiri dari specialized hands-on exercise training, dimana seluruhnya setidaknya memiliki beberapa elemen penguatan otot. Meta analisis dari 8 uji klinik tersebut memperlihatkan keuntungan OR dengan effect size -0,46 (95% CI -0,64 sampai -0,28; p<0,0001).

Keterbatasan meta analisis ini adalah sebagian besar data berasal dari uji klinik yang menggabungkan OA panggul dan lutut bukan menggolongkannya; terdapat pengeluaran post hoc data uji klinik dari meta analisis, yang dapat menghasilkan kesimpulan yang menyesatkan; dan terdapat kebutuhan untuk menggabungkan data dari uji klinik skala kecil yang multipel pada pasien OA panggul.

Kesimpulan yang dapat ditarik dari meta analisis ini adalah terapi OR, terutama dengan elemen penguatan otot, merupakan penanganan yang baik untuk OA panggul.

Comments