Suplementasi omega 3 dapat mencegah psikosis

Skizofrenia merupakan penyakit gangguan jiwa psikotik yang paling lazim dengan ciri hilangnya afek (respons emosional), penarikan diri dari lingkungan sosial, timbulnya delusi (keyakinan yang salah) dan halusinasi (persepsi tanpa adanya rangsangan pancaindra) dan gangguan kognitif. Gejala klinis skizofrenia ini berat, persisten, bersifat kronik profresif dan sampai saat ini belum dimengerti sepenuhnya mengenai patofisiologi terjadinya skizofrenia.

Prevalensi skizofrenia tercatat sebanyak 1 % dari populasi di seluruh dunia. Pasien skizofrenia mengalami risiko 10 % lebih banyak terjadinya bunuh diri dibandingkan orang normal. Selain itu angka kematian meningkat akibat penyakit komorbid yang disebabkan oleh gaya hidup yang tidak sehat, efek samping dari obat-obatan dan menurunnya perawatan kesehatan.

Berbagai penelitian menunjukkan adanya korelasi antara terjadinya gejala-gejala skizofrenia dengan gangguan struktur dan metabolisme dari membran sel-sel saraf. Selain itu pasien skizofrenia menunjukkan kadar asam lemak esensial yang rendah yang sebenarnya penting untuk metabolisme normal dari sel saraf. Sebuah meta-analisis Cochrane review tahun 2006 juga menyimpulkan bahwa pemberian suplementasi asam lemak tidak jenuh dengan antipsikotik pada pasien-pasien skizofrenia menunjukkan hasil yang positif jika dibandingkan dengan plasebo.

Rendahnya asam lemak tidak jenuh dapat menyebabkan stress oksidatif yang akhirnya terjadi kerusakan sel-sel saraf. Suplementasi dari asam lemak omega-3 dapat memperbaiki fluiditas membran dan reseptor dan meningkatkan kadar glutatione pada lobus temporal sehingga mencegah kerusakan sel saraf akibat stress oksidatif.

Sebuah penelitian terbaru yang diterbitkan dalam jurnal Archives of General Psychiatry bulan Februari 2010 meneliti mengenai pemberian asam lemak omega 3 untuk pencegahan terjadinya skizofrenia pada pasien-pasien yang rentan terjadi skizofrenia. Disain penelitian ini adalah acak, tersamar berganda, kontrol plasebo dengan melibatkan sebanyak 81 sampel penelitian. Sampel penelitian disini adalah pasien-pasien rentang usia 13-25 tahun yang memenuhi kriteria berisiko terhadap psikosis. Intervensi yang dilakukan adalah pemberian kapsul asam lemak tidak jenuh omega 3 sebanyak 4 kapsul sehari dengan kandungan total sebanyak 1,2 gram/hari yang diberikan selama 12 minggu. Sebagai kontrol diberikan kapsul plasebo 4 kali sehari selama 12 minggu. Selama 12 minggu tersebut pasien tidak mendapatkan obat-obatan antipsikotik ataupun mood stabilizer. Outcome yang dinilai adalah penilaian terhadap PANSS score (Positive and Negative Syndrome Scale) setiap minggu selama 4 minggu, minggu ke 8, minggu ke 12, bulan ke 6 dan bulan ke 12.

Hasil yang didapatkan adalah pada akhir bulan penelitian (bulan ke 12) sebanyak 2 dari 41 pasien (4,9%) pada kelompok omega-3 terjadi gejala psikosis jika dibandingkan dengan 11 dari 40 pasien (27,5%) pada kelompok plasebo (p = 0,007). Omega 3 juga secara bermakna menurunkan gejala positif (p=0,01), gejala negatif (p=0,02) dan gejala umum (p=0,01) dan meningkatkan fungsi kognitif (p=0,002) jika dibandingkan dengan plasebo. Efek samping yang ditemukan tidak berbeda bermakna antara kedua kelompok.

Kesimpulan dari penelitian in adalah suplementasi asam lemak tidak jenuh omega 3 dapat menurunkan risiko progresifitas psikosis dan dapat digunakan juga untuk pencegahan terjadinya psikosis pada pasien-pasien yang rentan terjadinya psikosis.

Kesimpulan
  1. Skizofrenia dengan prevalensi sebanyak 1% di seluruh dunia, merupakan penyakit gangguan jiwa psikotik dengan ciri hilangnya afek, hilangnya interaksi sosial, delusi, halusinasi dan gangguan kognitif.
  2. Studi meta-analisis menunjukkan efek positif dari suplementasi asam lemak tidak jenuh pada pasien skizofrenia.
  3. Penelitian terbaru menunjukkan efek positif suplementasi omega-3 sebagai pencegahan terjadinya skizofrenia pada pasien-pasien yang rentan terjadi skizofrenia.

Comments