Kartu kecil seukuran saku yang sekali pakai dengan unsur kimia kering dapat dipakai untuk mendeteksi malaria di negara berkembang. Hal itu menurut para peneliti dari PATH, Micronics, Nanogen, dan Universitas Washington. Para peneliti mengembangkan kartu tersebut dengan dukungan Grand Challenges in Global Health Initiative dari Bill & Melinda Gates Foundation, yang bertujuan mengembangkan alat tes diagnostik yang murah dan siap pakai untuk negara berkembang. Alat tes diagnostik di rangkaian terbatas sumber daya harus dapat dipakai secara cepat dan mudah, sebagian karena banyak petugas kesehatan harus mendiagnosis dan mengobati pasien dalam sekali kunjungan.
Sistem diagnostik yang baru ini, disebut DxBox, mengandung tes malaria yang tercetak pada kartu Mylar yang sekali pakai, dengan reagen kimia yang distabilkan dalam bentuk kering dengan memakai gula. DxBox juga mengandung alat baca otomatis dan dapat dibawa-bawa, yang dikembangkan oleh Micronics untuk memproses kartu itu. Menurut tim dari universitas, pengkajian terhadap tes menunjukkan bahwa kartu tersebut mempertahankan 80-96% kegiatannya setelah 60 hari disimpan dalam suhu tinggi. Tim tersebut berharap kartu itu akan mengarah pada pengembangan sistem yang dapat membaca kartu yang mengandung setetes darah pasien dan menyediakan hasil diagnosis untuk serangkaian penyakit menular dalam waktu 20 menit atau kurang. Paul Yager, profesor bioteknologi di Universitas Washington, mengatakan bahwa menciptakan tes yang “dapat disimpan dalam jangka waktu lama dengan suhu tergantung pada lingkungan” adalah hal yang sangat penting untuk menciptakan alat diagnostik yang berhasil untuk negara berkembang. Yager menambahkan bahwa para peneliti mengeringkan reagen kimia agar alat tes itu tidak perlu didinginkan.
Sistem diagnostik yang baru ini, disebut DxBox, mengandung tes malaria yang tercetak pada kartu Mylar yang sekali pakai, dengan reagen kimia yang distabilkan dalam bentuk kering dengan memakai gula. DxBox juga mengandung alat baca otomatis dan dapat dibawa-bawa, yang dikembangkan oleh Micronics untuk memproses kartu itu. Menurut tim dari universitas, pengkajian terhadap tes menunjukkan bahwa kartu tersebut mempertahankan 80-96% kegiatannya setelah 60 hari disimpan dalam suhu tinggi. Tim tersebut berharap kartu itu akan mengarah pada pengembangan sistem yang dapat membaca kartu yang mengandung setetes darah pasien dan menyediakan hasil diagnosis untuk serangkaian penyakit menular dalam waktu 20 menit atau kurang. Paul Yager, profesor bioteknologi di Universitas Washington, mengatakan bahwa menciptakan tes yang “dapat disimpan dalam jangka waktu lama dengan suhu tergantung pada lingkungan” adalah hal yang sangat penting untuk menciptakan alat diagnostik yang berhasil untuk negara berkembang. Yager menambahkan bahwa para peneliti mengeringkan reagen kimia agar alat tes itu tidak perlu didinginkan.
Comments