Tiga studi yang baru dipublikasikan bulan Desember menambah bukti bahwa sunat dapat melindungi pria dari virus AIDS yang mematikan dan virus yang menyebabkan kanker leher rahim (serviks). laporan yang dimuat di dalam Journal of Infectious Disease tampaknya menambah debat apakah pria dan anak laki-laki harus disunat untuk melindungi kesehatan mereka dan mungkin kesehatan pasangan mereka (istri) nantinya.
Dr. Bertran Auvert dari University of Versailles di Perancis dan koleganya di Afrika Utara menguji lebih dari 1.200 pria yang mengunjungi klinik di Afrika Utara. Mereka menemukan kurang dari 15% pria disunat dan 22% pria tidak disunat terkena infeksi Human Papilloma Virus (HPV) yang menyebabkan kanker serviks dan kutil kemaluan. Menurut mereka, temuan ini menjelaskan mengapa pasangan wanita yang disunat berisiko lebih rendah terkena kanker serviks dibandingkan wanita lain.
Satu paper lagi pada pria di Amerika memberikan hasil yang kurang jelas, namun Carrie Nielson dari Oregon Health & Science Univerisity dan koleganya menemukan beberapa indikasi bahwa sunat kemungkinan melindungi pria. Pria disunat yang terkene HPV kira-kira setengahnya dari pria yang tidak disunat, setelah disesuaikan dengan perbedaan antara kedua kelompok.
Dalam laporan ketiga, Lee Warner dari US Centers for Disease Control and Prevention dan koleganya menguji pria Afro Amerika di Baltimore dan menemukan 10% dari mereka yang berisiko tinggi terinfeksi HIV ternyata disunatdibandingkan dengan 22% dari mereka yang tidak disunat.
Studi yang mendukung penurunan penyebaran HIV telah dilakukan di Afrika dan Amerika masih kurang jelas. Dr. Ronald Gray dari John Hopkins University di Baltimore dan koleganya menamukan bahwa laporan ini menarik. Di Amerika, sunat jarang dilakukan pada pria Afro Amerika dan Hispanik yang termasuk subkelompok paling berisiko HIV. Jadi, sunat dapat dijaikan perlindungan tambahan terhadap HIV pada kelompok minoritas berisiko ini. Saat ini, American Academy of Pediatrics (AAP)belum merekomendasikan sunat bagi bayi baru lahir. Angka penyunatan di Amerika menurun, kemungkinan karena tidak termasuk program Medicaid. Medicaid adalah program asuransi kesehatan negara bagian Amerika bagi orang miskin dan cacat.
Dr. Bertran Auvert dari University of Versailles di Perancis dan koleganya di Afrika Utara menguji lebih dari 1.200 pria yang mengunjungi klinik di Afrika Utara. Mereka menemukan kurang dari 15% pria disunat dan 22% pria tidak disunat terkena infeksi Human Papilloma Virus (HPV) yang menyebabkan kanker serviks dan kutil kemaluan. Menurut mereka, temuan ini menjelaskan mengapa pasangan wanita yang disunat berisiko lebih rendah terkena kanker serviks dibandingkan wanita lain.
Satu paper lagi pada pria di Amerika memberikan hasil yang kurang jelas, namun Carrie Nielson dari Oregon Health & Science Univerisity dan koleganya menemukan beberapa indikasi bahwa sunat kemungkinan melindungi pria. Pria disunat yang terkene HPV kira-kira setengahnya dari pria yang tidak disunat, setelah disesuaikan dengan perbedaan antara kedua kelompok.
Dalam laporan ketiga, Lee Warner dari US Centers for Disease Control and Prevention dan koleganya menguji pria Afro Amerika di Baltimore dan menemukan 10% dari mereka yang berisiko tinggi terinfeksi HIV ternyata disunatdibandingkan dengan 22% dari mereka yang tidak disunat.
Studi yang mendukung penurunan penyebaran HIV telah dilakukan di Afrika dan Amerika masih kurang jelas. Dr. Ronald Gray dari John Hopkins University di Baltimore dan koleganya menamukan bahwa laporan ini menarik. Di Amerika, sunat jarang dilakukan pada pria Afro Amerika dan Hispanik yang termasuk subkelompok paling berisiko HIV. Jadi, sunat dapat dijaikan perlindungan tambahan terhadap HIV pada kelompok minoritas berisiko ini. Saat ini, American Academy of Pediatrics (AAP)belum merekomendasikan sunat bagi bayi baru lahir. Angka penyunatan di Amerika menurun, kemungkinan karena tidak termasuk program Medicaid. Medicaid adalah program asuransi kesehatan negara bagian Amerika bagi orang miskin dan cacat.
Comments