Orang di rumah Anda menderita pilek? Hati-hati dengan pintu kulkas dan remote TV. Sebuah studi baru menemukan bahwa penderita pilek sering meninggalkan kuman di sana, di mana kuman dapat tinggal selama dua hari atau lebih lama.
Para ilmuwan di Universitas Virginia yang telah lama dikenal dalam penelitian tentang virus, menguji permukaan di rumah penderita pilek dan melaporkan hasilnya pada konferensi tentang penyakit menular.
Dokter tidak tahu seberapa sering orang mengalami pilek akibat menyentuh permukaan yang mengandung kuman dibandingkan dengan berjabat tangan dengan orang yang sakit, kata Dr Birgit Winther, spesialis THT yang membantu melakukan kajian.
Dua tahun lalu, dia dan dokter lainnya menunjukkan bahwa kuman dapat bertahan di dalam kamar hotel sehari setelah tamu keluar, menunggu disentuh oleh orang yang masuk berikutnya.
Untuk studi yang baru, para peneliti mulai dengan 30 orang dewasa yang menunjukkan gejala pilek. Enam belas orang yang diuji positif rhinovirus, yang menyebabkan sekitar setengah dari semua pilek. Mereka diminta menyebutkan 10 tempat di rumah masing-masing yang telah disentuh dalam 18 jam sebelumnya. Para peneliti menggunakan tes DNA untuk mencari rhinovirus.
Para peneliti menemukan bahwa daerah sentuhan yang biasa seperti pegangan dan pintu kulkas, yang positif kuman sekitar 40 persen dari keseluruhan waktu. Ketiga tempat garam dan merica yang mereka uji tercemar. Titik lain yang ditemukan sebagai pelabuhan kuman: 6 dari 18 pegangan pintu; 8 dari 14 pegangan kulkas; 3 dari 13 saklar lampu; 6 dari 10 remote control; 8 dari 10 kran kamar mandi; 4 dari 7 telepon, dan 3 dari 4 kran pencuci piring.
Selanjutnya, para peneliti sengaja mencemari permukaan dengan lendir partisipan dan kemudian menguji apakah rhinovirus terjebak dalam jari mereka ketika mereka menyalakan lampu, menjawab telepon atau melakukan tugas umum lainnya. Lebih dari setengah peserta mendapat virus pada ujung jari mereka 48 jam setelah lendir itu dioleskan.
Dalam sebuah studi terpisah, Dr. Diane Pappas and Dr. Owen Hendley mencari kuman dalam mainan di tempat praktek 5 dokter anak, 3 kali saat musim pilek dan flu. Pengujian menunjukkan fragmen virus pilek ditemukan pada 20 persen mainan yang diuji - 20 persen dalam ruang tunggu anak yang sakit, 17 persen di ruang tunggu anak sehat, dan 30 persen dalam kantung mainan anak-anak yang boleh dipilih mereka bila bertindak baik.
"Para ibu tahu ini," kata Hendley. Mereka mengatakan bahwa mereka pergi ke dokter untuk pemeriksaan kesehatan anak, anak-anak bermain dengan mainan dan dua hari kemudian mereka mengalami pilek.
Tidak ada bukti bahwa sisa-sisa virus sendiri dapat menular, tetapi mereka menyarankan keberadaan resiko, kata Dr Paulus Auwaerter, seorang pakar penyakit menular di Universitas Johns Hopkins. Dia akrab dengan studi tetapi tidak memiliki peran di dalamnya.
Dokter telah lama menasehatkan agar sering cuci tangan untuk menghindari penyebaran kuman. Pengunaan masker bedah dan pencuci tangan juga dapat membantu, temuan studi terbaru Universitas Michigan.
1.000 siswa mengikuti pengujian ini enam minggu selama musim flu 2006-2007. Mereka dibagi menjadi tiga kelompok: orang-orang yang mengenakan pakaian serta masker, orang-orang yang mengenakan pakaian serta masker dan menggunakan sanitizer tangan, dan orang-orang yang tidak menggunakan keduanya. Dua kelompok yang menggunakan masker melaporkan 10 persen sampai 50 persen lebih sedikit gejala pilek - batuk, demam, panas dingin - dibandingkan kelompok lain yang tidak melakukan langkah-langkah pencegahan.
Para peneliti mencatat bahwa studi ini tidak "blinded" - semua orang tahu apa yang terjadi, dan pemakai masker tampaknya lebih sedikit melaporkan gejala pilek nantinya karena mereka percaya mereka mengambil langkah-langkah untuk mengurangi kemungkinan tersebut.
Para ilmuwan di Universitas Virginia yang telah lama dikenal dalam penelitian tentang virus, menguji permukaan di rumah penderita pilek dan melaporkan hasilnya pada konferensi tentang penyakit menular.
Dokter tidak tahu seberapa sering orang mengalami pilek akibat menyentuh permukaan yang mengandung kuman dibandingkan dengan berjabat tangan dengan orang yang sakit, kata Dr Birgit Winther, spesialis THT yang membantu melakukan kajian.
Dua tahun lalu, dia dan dokter lainnya menunjukkan bahwa kuman dapat bertahan di dalam kamar hotel sehari setelah tamu keluar, menunggu disentuh oleh orang yang masuk berikutnya.
Untuk studi yang baru, para peneliti mulai dengan 30 orang dewasa yang menunjukkan gejala pilek. Enam belas orang yang diuji positif rhinovirus, yang menyebabkan sekitar setengah dari semua pilek. Mereka diminta menyebutkan 10 tempat di rumah masing-masing yang telah disentuh dalam 18 jam sebelumnya. Para peneliti menggunakan tes DNA untuk mencari rhinovirus.
Para peneliti menemukan bahwa daerah sentuhan yang biasa seperti pegangan dan pintu kulkas, yang positif kuman sekitar 40 persen dari keseluruhan waktu. Ketiga tempat garam dan merica yang mereka uji tercemar. Titik lain yang ditemukan sebagai pelabuhan kuman: 6 dari 18 pegangan pintu; 8 dari 14 pegangan kulkas; 3 dari 13 saklar lampu; 6 dari 10 remote control; 8 dari 10 kran kamar mandi; 4 dari 7 telepon, dan 3 dari 4 kran pencuci piring.
Selanjutnya, para peneliti sengaja mencemari permukaan dengan lendir partisipan dan kemudian menguji apakah rhinovirus terjebak dalam jari mereka ketika mereka menyalakan lampu, menjawab telepon atau melakukan tugas umum lainnya. Lebih dari setengah peserta mendapat virus pada ujung jari mereka 48 jam setelah lendir itu dioleskan.
Dalam sebuah studi terpisah, Dr. Diane Pappas and Dr. Owen Hendley mencari kuman dalam mainan di tempat praktek 5 dokter anak, 3 kali saat musim pilek dan flu. Pengujian menunjukkan fragmen virus pilek ditemukan pada 20 persen mainan yang diuji - 20 persen dalam ruang tunggu anak yang sakit, 17 persen di ruang tunggu anak sehat, dan 30 persen dalam kantung mainan anak-anak yang boleh dipilih mereka bila bertindak baik.
"Para ibu tahu ini," kata Hendley. Mereka mengatakan bahwa mereka pergi ke dokter untuk pemeriksaan kesehatan anak, anak-anak bermain dengan mainan dan dua hari kemudian mereka mengalami pilek.
Tidak ada bukti bahwa sisa-sisa virus sendiri dapat menular, tetapi mereka menyarankan keberadaan resiko, kata Dr Paulus Auwaerter, seorang pakar penyakit menular di Universitas Johns Hopkins. Dia akrab dengan studi tetapi tidak memiliki peran di dalamnya.
Dokter telah lama menasehatkan agar sering cuci tangan untuk menghindari penyebaran kuman. Pengunaan masker bedah dan pencuci tangan juga dapat membantu, temuan studi terbaru Universitas Michigan.
1.000 siswa mengikuti pengujian ini enam minggu selama musim flu 2006-2007. Mereka dibagi menjadi tiga kelompok: orang-orang yang mengenakan pakaian serta masker, orang-orang yang mengenakan pakaian serta masker dan menggunakan sanitizer tangan, dan orang-orang yang tidak menggunakan keduanya. Dua kelompok yang menggunakan masker melaporkan 10 persen sampai 50 persen lebih sedikit gejala pilek - batuk, demam, panas dingin - dibandingkan kelompok lain yang tidak melakukan langkah-langkah pencegahan.
Para peneliti mencatat bahwa studi ini tidak "blinded" - semua orang tahu apa yang terjadi, dan pemakai masker tampaknya lebih sedikit melaporkan gejala pilek nantinya karena mereka percaya mereka mengambil langkah-langkah untuk mengurangi kemungkinan tersebut.
Comments