Akibat penggunaan Tamoxifen untuk terapi kanker payudara banyak dikeluhkan munculnya “hot flashes” pada wajah dan penggunaan Sertraline sudah banyak digunakan untuk mengatasi depresi pada pasien kanker.
Dari penelitian yang terbaru ini melakukan penilaian dari efektivitas penggunaan Sertraline untuk mengurangi frekuensi dan beratnya hot flashes pada pasen dan memperbaiki mood pasien serta penilaian terhadaop kualitas hidup pasien terutama terhadap status kesehatannya.
Menggunakan metode acak buta ganda dengan menggunakan plasebo sebagai kontrolnya, dan secara crossover, selama 6 minggu menggunakan Sertraline 50 mg, setiap pagi dibandaingkan dengan plasebo. Semua peserta yang ikut dalam penelitian adalah 62 pasien kanker payudara yang menjalani terapi di klinik kanker dan mendapatkan terapi adjuvan Tamoxifen, dan pasien wajib melaporkan mengenai efek samping hot flash-nya kepada yang merawatnya.
Setiap pasien akan melaporkan setiap hari mengenai frekuensi dan beratnya hot flashes yang mana ada skor tertentu untuk penilaiannya. Dari mulai skor yang paling berat dan paling sering frekuensinya dan kemudian dikalkulasikan. Skala yang digunakan untuk menilai dikeluarkan oleh sebuah Pusat Studi Epidemiologi dan dilakukan penilaian juga terhadap penilaian terapi kankernya dengan Skala dari FACT-B atau Functional Assessment of Cancer Therapy pada saat baseline dan pada minggu ke 6 dan ke 12 terapi, semuanya digunakan untuk menilai mood dan kualitas hidup pasien.
62 pasien wanita yang ikut, 47 wanita berumur rata-rata 53,9 tahun 89% nya telah mengalami postmenopouse; dan 85.5% nya berbangsa Kaukasia telah komplet melakukan terapinya selama 6 minggu dan 39 pasiennya komplet dalam 12 minggu. Frekuensi hot flashes harian pada saat baseline dan skor-nya adalah 5,8 (standar deviasi 4,1) dan 11,5 (standar deviasi 14,0).
Pada akhir penelitian yaitu pada minggu ke 6 frekuensi hot flashes menurun sampai 50% pada 36% yang diterapi dengan Sertraline dibandingkan dengan 27% yang diberikan plasebo.
Pada analisa crossover, sertraline bermakna efektif dibandingkan dengan plasebo, wanita dibandingkan dengan plasebo untuk Sertraline menurun (-0,9 dam –1,7) untuk frekuensi hot flash dan skor-nya dimana untuk Sertraline terhadap plasebo meningkat (1,5 dan 3,4) pada frekuensi dan skor-nya (p = 0,03 dan 0,03).
48 pasien yang mendapatkan Sertraline, yang telah diukur depresi dan kualitas hidupnya dalam keadaan normal dan tidak ada perubahan adalah yang sedang mendapatkan terapi (p = 0.006).
Penggunaan Sertraline menurunkan hot flashes pada pasien kanker payudara yang sedang menjalani terapi dengan Tamoxifen. Sepertinya perlu diperhatikan ke depan mengenai penelitian yang menggunakan Sertraline dalam tatalaksana pasien dengan hot flashes.
Penelitian yang pernah dilakukan terhadap Sertralin juga pernah dilakukan pada 102 wanita yang usianya antara 40 hingga 65 tahun mengalami hot flash. Dan setelah mengalami hot flash selama 1 minggu dianggap baseline, data mulai dikumpulkan, dan kemudian mulai dilakukan randomisasi serta diberikan plasebo atau diberikan terapi secara aktif Sertraline 50 mg selama 4 minggu.
Intervensi dilakukan dan kemudian dilakukan 1 minggu “washout” dan cross over selama 4 minggu dan dilakukan pengukuran terhadap beratnya hot flash.
Hasilnya 102 pasien wanita yang ikut dalam penelitian, yang 5 wanita keluar dari penelitian. 97 kembali mengikuti, 53 pasien diacak dan mendapatkan terapi secara aktif dan 45 pasien mendapatkan plasebo.
Meskipun beratnya hot flash tidak berbeda bermakna dengan plasebo, tetapi skor menunjukkan ada kemaknaan secara statistik pada pemakaian Sertraline.
source: Kalbe.co.id
Dari penelitian yang terbaru ini melakukan penilaian dari efektivitas penggunaan Sertraline untuk mengurangi frekuensi dan beratnya hot flashes pada pasen dan memperbaiki mood pasien serta penilaian terhadaop kualitas hidup pasien terutama terhadap status kesehatannya.
Menggunakan metode acak buta ganda dengan menggunakan plasebo sebagai kontrolnya, dan secara crossover, selama 6 minggu menggunakan Sertraline 50 mg, setiap pagi dibandaingkan dengan plasebo. Semua peserta yang ikut dalam penelitian adalah 62 pasien kanker payudara yang menjalani terapi di klinik kanker dan mendapatkan terapi adjuvan Tamoxifen, dan pasien wajib melaporkan mengenai efek samping hot flash-nya kepada yang merawatnya.
Setiap pasien akan melaporkan setiap hari mengenai frekuensi dan beratnya hot flashes yang mana ada skor tertentu untuk penilaiannya. Dari mulai skor yang paling berat dan paling sering frekuensinya dan kemudian dikalkulasikan. Skala yang digunakan untuk menilai dikeluarkan oleh sebuah Pusat Studi Epidemiologi dan dilakukan penilaian juga terhadap penilaian terapi kankernya dengan Skala dari FACT-B atau Functional Assessment of Cancer Therapy pada saat baseline dan pada minggu ke 6 dan ke 12 terapi, semuanya digunakan untuk menilai mood dan kualitas hidup pasien.
62 pasien wanita yang ikut, 47 wanita berumur rata-rata 53,9 tahun 89% nya telah mengalami postmenopouse; dan 85.5% nya berbangsa Kaukasia telah komplet melakukan terapinya selama 6 minggu dan 39 pasiennya komplet dalam 12 minggu. Frekuensi hot flashes harian pada saat baseline dan skor-nya adalah 5,8 (standar deviasi 4,1) dan 11,5 (standar deviasi 14,0).
Pada akhir penelitian yaitu pada minggu ke 6 frekuensi hot flashes menurun sampai 50% pada 36% yang diterapi dengan Sertraline dibandingkan dengan 27% yang diberikan plasebo.
Pada analisa crossover, sertraline bermakna efektif dibandingkan dengan plasebo, wanita dibandingkan dengan plasebo untuk Sertraline menurun (-0,9 dam –1,7) untuk frekuensi hot flash dan skor-nya dimana untuk Sertraline terhadap plasebo meningkat (1,5 dan 3,4) pada frekuensi dan skor-nya (p = 0,03 dan 0,03).
48 pasien yang mendapatkan Sertraline, yang telah diukur depresi dan kualitas hidupnya dalam keadaan normal dan tidak ada perubahan adalah yang sedang mendapatkan terapi (p = 0.006).
Penggunaan Sertraline menurunkan hot flashes pada pasien kanker payudara yang sedang menjalani terapi dengan Tamoxifen. Sepertinya perlu diperhatikan ke depan mengenai penelitian yang menggunakan Sertraline dalam tatalaksana pasien dengan hot flashes.
Penelitian yang pernah dilakukan terhadap Sertralin juga pernah dilakukan pada 102 wanita yang usianya antara 40 hingga 65 tahun mengalami hot flash. Dan setelah mengalami hot flash selama 1 minggu dianggap baseline, data mulai dikumpulkan, dan kemudian mulai dilakukan randomisasi serta diberikan plasebo atau diberikan terapi secara aktif Sertraline 50 mg selama 4 minggu.
Intervensi dilakukan dan kemudian dilakukan 1 minggu “washout” dan cross over selama 4 minggu dan dilakukan pengukuran terhadap beratnya hot flash.
Hasilnya 102 pasien wanita yang ikut dalam penelitian, yang 5 wanita keluar dari penelitian. 97 kembali mengikuti, 53 pasien diacak dan mendapatkan terapi secara aktif dan 45 pasien mendapatkan plasebo.
Meskipun beratnya hot flash tidak berbeda bermakna dengan plasebo, tetapi skor menunjukkan ada kemaknaan secara statistik pada pemakaian Sertraline.
source: Kalbe.co.id
Comments